Connect with us

Bitcoin News

Changpeng Zhao: Harga Bitcoin Bisa Rp2,1 Milyar Per BTC Tahun Ini

Published

on

harga bitcoin

Changpeng Zhao (CZ), Pendiri dan CEO Binance mengatakan bahwa harga Bitcoin bisa menjadi US$150.000 per BTC (sekitar Rp2,1 milyar) pada tahun ini.

“Bisa naik menjadi US$150.000 lalu menjadi US$400.000. Dan aset kripto lainnya juga turut naik,” katanya dilansir dalam wawancara dengan Forkast, Jumat (15/1/2021).

Perihal harga Bitcoin yang sempat anjlok lebih dari 20 persen, dia mengatakan itu masih sangat wajar.

Baca Juga: Perusahaan Penasihat Keuangan Borong Bitcoin?

Apa Penyebabnya akan Naik Terus?
Menurut CZ permintaan terhadap Bitcoin yang besar sehingga melejitkan harganya, karena dampak pandemi terhadap ekonomi global.

“Tahun 2020 itu adalah tahun yang ‘sangat gila’. Pandemi COVID-19 menghentikan semua aktivitas ekonomi secara global, ditambah pelonggaran kuantitatif oleh setiap negara. Dari uang dolar AS yang beredar saat ini, sekitar 20-30 persen diterbitkan pada tahun lalu. Dan mungkin negara lain mengikuti pola serupa,” kata CZ.

Dia berkesimpulan, pada dasarnya jika Anda terus menyimpan mata uang fiat itu, maka daya beli Anda telah terdevaluasi sebesar 20-30 persen.

Dan CZ setuju, hal itulah yang mendorong sejumlah perusahaan untuk terus membeli Bitcoin, seperti MicroStrategy, Square dan MassMutual.

Menurut CZ tren adopsi institusional terhadap aset kripto, khususnya Bitcoin, kemungkinan akan meningkat pada tahun 2021 ini.

Minat itu memang nyata, setidaknya terlihat dari pembelian saham lebih dari 10 persen oleh Morgan Stanley di MicroSrategy pada pekan lalu.

Morgan Stanley, bank investasi multinasional asal Amerika Serikat kini mempunyai saham sebesar 10 persen di perusahaan MicroStrategy. Perusahaan itu terkenal memiliki Bitcoin terbanyak di dunia, untuk kategori perusahaan publik, yakni 70.470 BTC.

Berdasarkan dokumen di Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) AS yang diterbitkan pada 8 Januari 2021, Morgan Stanley telah mengakuisisi 792.627 lembar saham di perusahaan intelijen bisnis MicroStrategy itu.

Saham sebanyak itu setara dengan 10,9 persen saham di perusahaan yang telah melakukan investasi Bitcoin berskala besar-besaran selama beberapa bulan terakhir.

Pembelian saham itu terjadi pada 31 Desember 2020. Sedangkan saham MicroStrategy sendiri mengalami kenaikan yang sangat besar, bergerak dari US$289 pada 8 Desember 2020 menjadi US$545 pada 8 Januari 2021.

Berdasarkan data terkini dari Bitcoin Treasuries, MicroStrategy saat ini menyimpan 70.470 BTC atau lebih dari Rp40,4 triliun!

Pemilik saham lain di MicroSrategy dalam perusahaan investasi raksasa, Black Rock. Perusahaan asal AS itu juga dikenal beberapa kali membela keunggulan Bitcoin sebagai instrumen melawan inflasi.

Data dari CNN diterakan, BlackRock memiliki 14,79 persen saham, setara dengan 1.072.819 lembar saham di MicroStrategy.

Baca Juga: Pantera Capital: Harga Bitcoin Rp1,6 Milyar pada Agustus 2021

Morgan Stanley Pro Bitcoin
Morgan Stanley sendiri cukup bullish soal apresiasi publik yang tinggi terhadap Bitcoin. Pada 9 Desember 2020 lalu, Ruchir Sharma, Kepala Strategi Morgan Stanley mengatakan bahwa kehadiran Bitcoin jenis aset kripto lainnya adalah peringatan penting kepada pemerintah soal penerbitan uang fiat yang tak terbatas.

“Lonjakan harga Bitcoin mungkin masih terbukti menjadi gelembung (bubble), tetapi Bitcoin adalah peringatan pemerintah manapun, terutama di AS yang menerbitkan dalam jumlah yang tak terbatas,” kata Sharma dalam artikel “Will bitcoin end the dollar’s reign?“yang ditulisnya di Financial Times, 9 Desember 2020 lalu.

Ia juga secara tegas mengatakan, bahwa jangan menganggap bahwa mata uang tradisional Anda adalah satu-satunya penyimpan nilai, atau alat tukar, yang akan dipercaya orang.

“Orang yang paham teknologi tidak mungkin berhenti mencari alternatif, sampai mereka menemukan atau menciptakannya,” ujarnya.

Sharma mencoba meyakinkan publik bahwa uang tradisional yang diterbitkan oleh negara sudah gagal.

Katanya, pejabat AS yakin bahwa, sebagai tanggapan terhadap dampak ekonomi akibat COVID-19, mereka dapat menerbitkan dolar dalam jumlah yang tidak terbatas tanpa merusak status mata uang cadangannya,

“Tetapi kelas aset baru sebagai pesaing muncul, yakni cryptocurrency/aset kripto yang beroperasi di jaringan peer-to-peer yang tidak diatur oleh negara mana pun. Aset kripto seperti Bitcoin adalah uang alternatif yang demokratis dan desentralistik,” ujarnya.

Jauh sebelum itu, pernyataan positif Morgan Stanley pernah diutarakan pada tahun 2018 silam, ketika Bitcoin masih terkoreksi sangat parah.

Katanya kala itu, Investor institusi semakin dalam terlibat di Bitcoin dan uang kripto lain, sementara jumlah investor ritel tetap stagnan.

Zhao memprediksi itu akan mendorong harga Bitcoin dan aset kripto lainnya naik secara signifikan. Kapitalisasi pasar aset kripto pun bisa naik 100 hingga 1000 kali lipat.

“Tapi tentu saja, ada juga kemungkinan kita memasuki musim dingin aset kripto lagi, namun peluangnya bisa lebih kecil,” kata Zhao.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *