Connect with us

Crypto

Model Bisnis Berbagi Data Menggunakan Blockchain

Published

on

Bisnis monetisasi data sangatlah menggiurkan. Sebut saja perusahaan-perusahaan raksasa seperti Facebook atau Google yang meraih untung besar dari “menjual” data penggunanya untuk kebutuhan pemasangan iklan di masing-masing platformmereka. Kini, teknologi blockchain disebut dapat membuat monetisasi data menjadi lebih adil bagi pengguna, apakah benar demikian?

Internet digunakan khalayak ramai untuk berbagi gambar, audio, video dan aktivitas sehari-hari seperti belanja, bisnis, atau transaksi keuangan. Semua hal tersebut adalah data yang berharga, tetapi data tersebut disimpan dan dikendalikan oleh sekelompok korporasi yang berkuasa.

Data transaksi keuangan dapat diakses bukan hanya oleh pembeli dan penjual, tetapi juga pihak ketiga seperti pemroses pembayaran dan bank. Semua data tersebut diberikan secara “cuma-cuma” oleh pengguna, untuk kemudian dikemas dan dijual kembali oleh sang pengepul data. Di sinilah teknik Big Data dimainkan.

Anda sadari sendiri, hal tersebut tidak memberikan keuntungan bagi pengguna. Selain itu, tidak jarang privasi pengguna dilanggar demi mengumpulkan data. Blockchain hadir untuk menjawab permasalahan ini dengan memberikan opsi agar nilai kepemilikan data kembali ke pengguna.

Kesadaran akan pentingnya data mendorong pertumbuhan blockchain sebagai teknologi alternatif untuk menyimpan data secara aman dan permanen. Penggunaan blockchain dapat memberikan wawasan data lebih mendalam sehingga menghasilkan analisa lebih akurat dan dapat diakses lebih banyak pihak.

BERITA TERKAIT  Bank Sentral Kanada & Singapura Sukses Ujicoba Teknologi Blockchain

Pemilik data memiliki kendali pribadi untuk menawarkan data mereka ke pihak lain secara aman dalam sistem yang terdesentralisasi. Pihak yang meminta data dapat memeriksa dan memverifikasi data tersebut tanpa melanggar data-data yang ingin tetap dirahasiakan pemilik data. Dan itu pun hanya atas seizin pengguna si empunya data. Jadi, tidak semua jenis dan kategori data bisa langsung dibeli oleh pembeli data.

Contoh penggunaan blockchain untuk berbagi data (data sharing) atau dalam subjek yang berbeda, terkadang disebut data monetizing adalah di industri data medis. Data pasien dipegang oleh pasien dan ia bisa memberikan akses terhadap data tersebut ke dokter, rumah sakit atau perawat kesehatan lainnya. Dokter dapat melihat data pasien terbaru untuk melakukan diagnosa, dan melihat riwayat medis pasien yang tersimpan di blockchain bilamana diperlukan.

Hal tersebut menguntungkan bagi pasien dan dokter, sebab pasien tidak harus mengisi ulang data kesehatan mereka setiap kali berobat, dan dokter memiliki data yang akurat dan rapi. Selain itu, pasien bebas menggunakan data tersebut tanpa terkekang batas geografis atau sistem pencatatan data medis yang berbeda.

BERITA TERKAIT  Oscar Darmawan: Peluang Tumbuh Blockchain di Asia Tenggara Sangat Tinggi

Di industri konten digital, data konsumsi (penggunaan) konten oleh pengguna dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menampilkan iklan-iklan terkait konten tersebut. Melalui blockchain, kepemilikan data tersebut dapat dikembalikan ke pengguna. Contohnya adalah Alpha Browser, peramban yang menggunakan blockchain untuk mencari dan memublikasikan konten.

Dengan mengamankan data hanya dapat diakses pemilik data, maka monetisasi data tersebut menjadi seutuhnya hak pemilik. Hal ini bertolak belakang dengan raksasa teknologi seperti Facebook yang menjual data pengguna tanpa memberikan manfaat langsung bagi pengguna tersebut.

Misalnya, ketika Anda membagikan (share) sebuah post dari Facebook Page perusahaan, maka yang diuntungkan di situ adalah Facebook dan perusahaan, sebab mereka berdua memiliki data atas aktivitas Anda tersebut. Dengan sejumlah data lainnya, lalu diolah, lantas dijadikan oleh Facebook menjadi data acuan ketika perusahaan ingin memasang iklan di Facebook.

Terkesan “tidak adil” memang. Idealnya ketika Anda membagikan post tersebut, Anda harus mendapatkan reward (imbalan), tak sekadar “kepuasan berbagi”.

BERITA TERKAIT  Semakin Melek Bitcoin, Argentina Dimodali Binance

Monetisasi Data ala SWIPE
SWIPE, proyek blockchain dari Singapura, memfokuskan usaha di bidang monetisasi data ini. Platform mereka bertujuan membuat ekosistem monetisasi data lebih adil dan transparan. Pengguna aplikasi dapat menerima imbalan dalam bentuk token SWIPE atas pemberian akses terhadap datanya kepada pihak ketiga (pembeli data). Keuntungan bagi pembeli data adalah mereka mendapatkan data yang valid dan dapat diverifikasi.

Hal yang harus diperhatikan adalah perusahaan blockchain tidak bisa menciptakan cara berbisnis yang sama sekali baru untuk mendukung penerapan teknologi itu, termasuk monetisasi data. Ed Treacy, Wakil Presiden Produce Marketing Association (PMA) mengatakan blockchain harus sesuai dengan cara bisnis dilakukan saat ini.

“Sebab jika tidak, maka perusahaan akan memilih teknologi yang lebih mudah diterapkan. Selain itu manfaat bagi setiap mitra bisnis harus lebih besar dibanding biayanya,” tambahnya.

Melalui blockchain, pemanfaatan data dapat dilaksanakan lebih adil, terutama bagi pemilik data yang selama ini “diperdaya” oleh perusahaan-perusahaan besar. Kini pemilik data memiliki opsi bagaimana menyimpan dan menawarkan data mereka serta mendapatkan keuntungan moneter atas pembagian data tersebut. [ed]