Crypto
Cina Memiliki Banyak Cadangan Emas, tapi Mengapa Tidak Bitcoin?
Dilansir dari CryptoGlobe, Cina mengisi cadangannya dengan hampir 100 ton emas sejak negara tersebut mulai membeli kembali emas pada bulan Desember 2018 lalu. Bukan kebetulan bahwa akumulasi emas batangan ini tiba pada saat ketidakpastian ekonomi merebak. Bagi Cina, banyak dari ketidakpastian ini berpusat di sekitar ekonomi mereka sendiri.
Bukan hanya Cina yang membeli emas dalam jumlah besar, Rusia juga menimbun logam kuning tersebut untuk memerangi sanksi AS.
Kombinasi bank-bank sentral di seluruh dunia yang memotong suku bunga, peningkatan permintaan, dan iklim ekonomi yang memburuk, mendorong harga emas melewati level tertinggi enam tahun terakhir. Perkiraan kenaikan emas per tahun hingga saat ini sebesar 17%, dengan harga mencapai US$ 1.506 per ons, titik harga yang tidak pernah terlihat sejak April 2013.
Berbicara kepada Bloomberg, John Sharma, ekonom di National Australia Bank Ltd, mencatat kenaikan yang mengesankan ini. Sharma menghubungkannya terutama dengan ketidakstabilan ekonomi.
Tentu saja ada pemain lain yang dipatok sebagai aset safe haven, yaitu Bitcoin yang menjadi semakin diterima untuk kegunaannya sebagai lindung nilai terhadap risiko makro. Banyak analis, pakar, dan komentator dengan cepat menunjukkan korelasi ini. Tom Leedari Fundstrat adalah orang pertama yang mencatat hal ini, dengan mengatakan kepada Fast Money CNBC bulan lalu, bahwa sama dengan emas, bitcoin berkorelasi terbalik dengan pasar ekuitas global. Bitcoin memberikan kepercayaan kepada utilitasnya sebagai aset lindung nilai.
Bukan hanya orang-orang seperti Lee yang menyebarkan teori ini. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menyampaikan keyakinannya bahwa bitcoin adalah penyimpan nilai spekulatif, bitcoin seperti emas.
Selain itu, sebuah studi yang dilakukan oleh Grayscale Investment mengungkapkan bahwa bitcoin naik secara signifikan lebih dari emas, mengikuti kenaikan tarif Trump pada impor Cina pada bulan Mei lalu.
Direktur riset Blockchain.com, Garrick Hileman, mengatakan kepada Bloomberg, “Ada bukti yang menguatkan bahwa orang-orang di Asia membayar lebih untuk Bitcoin daripada di tempat lain ketika mata uang yuan jatuh. Anda bisa melihatnya dalam harga premium yang kadang-kadang dibayarkan untuk Bitcoin di bursa seperti Huobi yang terutama melayani orang Cina.”
Jadi, meskipun pemerintah Cina dan bank sentral fokus pada emas, Hileman melihat warga Cina memusatkan perhatian pada aset safe-haven yang tidak begitu berbeda, yaitu Bitcoin.
Sumber: CyrptoGlobe