Crypto
Travala Terima Kripto Kontroversial Sebagai Pembayaran
Selain Tether, Travala juga menerima pembayaran Bitcoin, Ethereum, XRP, Litecoin, Binance Coin, Bitcoin Cash, Stellar, dan Cardano, serta koinnya sendiri, AVA.
Baca juga :Mata Uang Kripto Bisa Mengganti Mata Uang Fiat di 2030
Posisi Tether di Pasar Kripto
Tether memasuki pasar crypto pada tahun 2017, ia adalah bagian dari stable coin yang paling populer. Stablecoin hadir untuk menghindari fluktuasi harga dengan rasio satu ke satu dengan mata uang fiat. Karena itu ia cukup diminati oleh para investor.
“Pedagang digunakan untuk menerima Bitcoin, Ethereum, Ripple dan mereka mengubahnya menjadi Tether untuk melindungi nilai terhadap volatilitas,” kata Sean Mackay, Operations Lead PaymentsSource.
Tether sejauh ini cukup banyak dikelilingi oleh kontroversi. Karena banyak kecurigaan yang kalau Tether telah mengeluarkan lebih banyak USDT daripada sebenarnya didukung oleh cadangan USD.
Stablecoin Menghadapi Kesulitan Hukum
Stablecoin meski banyak digunakan dan cukup diminati namun masih tetap mengalami kesulitan hukum.
Baca juga : Bitfinex dan Tether Sewa 60 Pengacara di Persidangan
Pada April lalu, Jasa Agung New York Letitia James menuduh jika induk Tether, Tether Limited berkolusi dengan perusahaan induk, iFinex dan menggunakan dana cadangan Tether untuk menutupi kerugian lebih dari $ 850 juta dalam bentuk klien dan dana perusahaan dari crypto exchange Bitfinex. Karena hal ini rusaklah klaim USDT terhadap stabilitas berdasarkan cadangan USD.
Meskipun mengalami hambatan Tether tetap memiliki volume perdagangan harian dan bulanan tertinggi. Saat ini mata uang kripto itu menawarkan volume perdagangan 24 jam hampir $26,5 miliar melebihi Bitcoin yang ada di angka $22,5 miliar menurut CoinMarketCap.