Crypto
Mengapa Bitcoin Bisa Bernilai?
Daftar Isi
Sebagai kelas aset baru, Bitcoin seringkali disalahpahami sebagai aset yang tidak bernilai. Padahal ada banyak aspek fundamental yang membentuknya.
Salah satu kesalahpahaman soal Bitcoin (BTC) adalah aset kripto itu tidak bernilai, sebab tidak didukung oleh aset fisik. Pemahaman itu disebarkan oleh tokoh-tokoh besar seperti Presiden AS Donald Trump dan investor miliarder Warren Buffett.
Tetapi, BTC kini merupakan “mata uang keenam” terbesar di dunia, sehingga pastilah ada sesuatu yang membuatnya bernilai, sehingga bisa diperdagangkan dengan harga yang sangat tinggi.
Sejarah Singkat Uang
Dahulu kala, uang kertas dan koin logam dapat ditebus untuk emas fisik asli. Negara-negara maju memakai sistem standar emas, di mana mata uang nasional dipatok terhadap emas.
Baca Juga: Bitcoin vs Emas, Mana yang Lebih Profit?
Tetapi setelah era Depresi Besar, kebijakan ini diubah agar pemerintah dapat dengan bebas menambah suplai uang dan menstimulasi ekonomi.
Amerika Serikat meninggalkan standar emas sepenuhnya pada tahun 1971 dan berubah menjadi standar uang fiat, di mana mata uang nasional tidak didukung oleh emas, tetapi oleh hukum permintaan dan penawaran serta kekuatan pemerintah dan politik.
Selain itu, pajak harus dibayar dalam uang fiat, dan penghindaran pajak adalah tindak kriminal, sehingga hal ini mendorong kegunaan fiat untuk urusan perpajakan.
Warga negara percaya kepada uang fiat, sebab dapat dipakai untuk membeli barang dan jasa. Tetapi hal ini belum tentu di masa depan, sebab tanpa didukung komoditas seperti emas, uang fiat dapat kehilangan nilainya seiring waktu seperti yang sudah terjadi di masa lalu.
Bitcoin juga tidak didukung oleh komoditas apa-apa, tetapi Bitcoin bernilai melalui cara lain. BTC saat ini diperdagangkan di harga US$10 ribu dengan total kapitalisasi pasar senilai US$190 miliar. Hal ini menunjukkan Bitcoin bernilai bagi sekelompok besar orang.
Basis nilai Bitcoin adalah karena ia didukung oleh algoritma matematika yang menjadi landasan teknologi blockchain dan mengendalikan suplainya.
Algoritma ini menjamin suplai Bitcoin terbatas dan juga tidak bisa disensor.
Anthony Pompliano berkata, “Bila Anda tidak percaya Bitcoin, berarti Anda tidak percaya kriptografi.” Pompliano berpendapat teknologi kriptografi blockchain itulah yang memberi nilai intrinsik terhadap Bitcoin.
Bitcoin juga bernilai, sebab merupakan sistem moneter pertama yang berhasil berjalan tanpa badan pusat yang mengendalikan operasinya dan berada di luar struktur pemerintahan negara manapun, seperti emas.
Suplainya juga tidak bisa dimanipulasi semena-mena, tidak bisa disita seperti halnya emas pada tahun 1930 di Amerika Serikat, dan menawarkan kebebasan finansial yang tidak bisa dilakukan menggunakan uang fiat manapun.
Bitcoin juga berguna sebagai alat tukar, di mana ribuan pedagang saat ini menerima BTC sebagai alat pembayaran bagi barang dan jasa mereka.
Bitcoin dipandang tidak selalu terkorelasi dengan pasar saham, sehingga dapat menjadi aset pelindung nilai di saat tren pasar menurun.
Keyakinan terhadap mata uang terindikasi dari kegunaannya di dunia. Dolar AS merupakan uang fiat yang dapat dibelanjakan hampir di mana saja, sehingga konsumen cukup yakin terhadap dolar.
Di sisi lain, Bitcoin masih jauh dari mainstream. Sudah lama sejak transaksi Bitcoin pertama untuk membeli pizza, tetapi adopsi massal belum terjadi.
Keyakinan terhadap Bitcoin tidak akan tinggi sebelum adopsi massal terjadi dan Bitcoin digunakan sebagai alat bayar seperti uang fiat.
Kendati berbeda, baik uang fiat maupun Bitcoin sama-sama didukung oleh keyakinan konsumen. Seiring bertumbuhnya sektor kripto, bertumbuh pula keyakinan akan Bitcoin.
Karena nilai pasar Bitcoin merupakan fluktuasi suplai dan permintaan, maka harganya bisa meningkat pesat saat masa-masa sejahtera dan juga menurun tajam saat masa-masa sulit.