Connect with us

Highlight 1

Psikologi Garis Support dan Resistance

Published

on

Garis support dan garis resistance tentu bukanlah “garis ajaib” yang bisa menyebabkan harga bergerak naik ataupun turun, melainkan merupakan cerminan psikologi dari para pelaku pasar itu sendiri. Pelaku pasar terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: orang yang membeli, orang yang menjual, dan orang yang tidak melakukan apa-apa.

Bila harga suatu aset terkoreksi atau turun ke level tertentu dan kemudian berbalik naik dari level tersebut, orang-orang yang sempat membeli akan merasa senang dan sekaligus ada penyesalan “kenapa sebelumnya tidak membeli dalam jumlah yang lebih banyak”. Orang-orang yang belum sempat membeli juga penuh penyesalan karena “tidak sempat” membeli sebelumnya. Sementara itu, orang-orang yang menjual juga memiliki perasaan tersebut. Mereka merasa telah melakukan “kesalahan”-sebab harga aset miliknya yang sudah telanjur dijual tadi, sekarang harganya naik terus. Mereka adalah orang-orang yang masuk dalam kategori tamak (greed).

Ada satu kelompok lagi yang sekarang dalam posisi “salah arah” atau sedang mengalami kerugian. Mereka adalah orang-orang yang melakukan short-sell*. Semakin naik harga saham tersebut, tentu semakin besar kerugian yang akan diderita. Mereka diliputi oleh perasaan takut (fear) dan sekarang sedang menunggu kesempatan untuk buy-to-cover* atas short-sell yang mereka lakukan. Orang-orang tersebut sangat berharap agar harga segera turun kembali ke level tadi atau titik impas mereka (break even point) sehingga bisa balik modal.

Hal yang sama juga berlaku terhadap garis resistance, di mana pada saat itu bulls yang diliputi perasaan takut (fear) dan bears diliputi rasa tamak (greed). Semuanya siap menjual pada kesempatan selanjutnya!

Perasaan para pelaku pasar yang dipenuhi oleh fear dan greed inilah yang selalu mendorong setiap aksi jual maupun aksi beli di pasar, membentuk supply dan demand. Semakin tinggi volatilitas suatu market, maka semakin tinggi kadar fear dan greed yang meliputinya. Semakin kuat perasaan tersebut maka semakin kuat pula level support ataupun resistance yang akan terbentuk jika pergerakan harga kemudian berbalik ke level tadi, dorongan beli atau jual itu akan menyebabkan harga mental kembali. Semakin banyak transaksi atau volume yang terjadi pada garis support dan resistance itu, menunjukkan komitmen para pelaku pasar yang semakin tinggi-maka semakin kuat pula garis tersebut.

Selain itu, frekuensi harga aset “bermain” di support maupun resistance juga ikut menentukan kekuatannya. Semakin sering “tersentuh”, berarti level terscbut semakin teruji atau semakin kuat. Di samping itu, faktor waktu juga ikut menentukan. Contohnya support atau resistance lima bulan dikatakan lebih kuat daripada support atau resistance lima hari.

Hal ini merupakan gambaran bagaimana dampak psikologi manusia dalam membentuk supply dan demand yang kemudian memengaruhi harga saham. Para technicalist mempelajari suatu charts untuk membaca apa yang sebenarnya sedang terjadi di pasar-membandingkannya dengan masa lalu dan mengidentifikasi pola-pola yang sering terulang akibat reaksi dilakukan para pelaku pasar.